Rabu, 31 Oktober 2012

SAJAK ANAK MUDA






Hey blogger ! kali ini share sajak seorang penyair legendaris.
W.S. Rendra, seorang penyair legendaris. dan dalam sajak nya yang berjudul 
"Sajak anak muda"
-----------------------------


SAJAK ANAK MUDA

Oleh : W.S. Rendra
----------------------------------------------------
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum

Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.

Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua ?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja ?

inilah gambaran rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.

Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.

Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.

Dasar keadilan di dalam pergaulan,
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang,
tidak bisa kita hubung-hubungkan.
Kita marah pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa bodoh dan santai.

Di dalam kegagapan,
kita hanya bisa membeli dan memakai
tanpa bisa mencipta.
Kita tidak bisa memimpin,
tetapi hanya bisa berkuasa,
persis seperti bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.
Di sana anak-anak memang disiapkan
Untuk menjadi alat dari industri.
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti.
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa ?
Kita hanya menjadi alat birokrasi !
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan -
menjadi benalu di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap.
Pendidikan tidak memberi pencerahan.
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan
Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.

Apakah yang terjadi di sekitarku ini ?
Karena tidak bisa kita tafsirkan,
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini ?
Apakah ini ? Apakah ini ?
Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini ?
Seseorang berhak diberi ijazah dokter,
dianggap sebagai orang terpelajar,
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.
Dan bila ada ada tirani merajalela,
ia diam tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.

Bagaimana ? Apakah kita akan terus diam saja.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
dianggap sebagi bendera-bendera upacara,
sementara hukum dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna
yang ajaib dan tidak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.
Dan bila luput,
kita memukul dan mencakar
ke arah udara

Kita adalah angkatan gagap.
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar.
Daya hidup telah diganti oleh nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.
Kita adalah angkatan yang berbahaya.
------------------------------------------------------------------
Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977

Kamis, 04 Oktober 2012

Kesendirian dalam rintik "hujan"

Ketika ke sendirian ku di tengah keramaian. Di iringi rintik hujan dalam malam. Kabut tipis mewarnai jalan. Ku terdiam di pinggir hujan. 

Kau datang menghampiri. Membangkitkan kenang yang dulu sulit terpendam. 

Memancing semua memori emosi terdahulu. Hingga aku tetap termenung memandangi bayangmu. 

Kau hampir nyata dalam mimpiku. Tapi menjadi bias dalam nyataku. 

Mendekap seluruh kenang tentangmu, wanitaku.


Aku tubuh puisi yang sulit di mengerti. Dan kau segala emosi yang sulit kupahami. 

Aku memang hanya sebatas jalan kecil dalam cerita kompleks ini. yang sulit di telusuri karena duri di setiap inchi langkah ini.

Berjalan menuju sudut cahaya redup, saat kau mulai renggangkan dekap tanganmu.

Mulai hilang akal sehat ku saat kau palingkan matamu, bila ku hampiri dirimu.
Kau, sepintas jalan ceritaku.

Dengan beberapa duri dalam langkah.

Ku tahan nanah yang keluar dari setiap tetes luka kaki, saat berjalan denganmu. 

Ku sembunyikan tiap tetes airmata tertahan saat hujan mengguyurku.

Ku simpan rapat belati, tuk menusuk hatiku. Dikala kau mulai merobeknya secara perlahan dengan caramu.
Dan kan ku hujamkan dadaku. Hingga mati rasaku. Hingga ku terlupa rasa denganmu.



Ya, dalam “kesendirian ku di tengah rintik hujan”.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Created by : @febri_arif_b

Open Panel

anda pembaca ke