Ketika ke sendirian ku di tengah keramaian. Di iringi rintik
hujan dalam malam. Kabut tipis mewarnai jalan. Ku terdiam di pinggir hujan.
Kau datang menghampiri. Membangkitkan kenang yang dulu sulit
terpendam.
Memancing semua memori emosi terdahulu. Hingga aku tetap termenung memandangi bayangmu.
Memancing semua memori emosi terdahulu. Hingga aku tetap termenung memandangi bayangmu.
Kau hampir nyata dalam mimpiku. Tapi menjadi bias dalam
nyataku.
Mendekap seluruh kenang tentangmu, wanitaku.
Aku tubuh puisi yang sulit di mengerti. Dan kau segala emosi
yang sulit kupahami.
Aku memang hanya sebatas jalan kecil dalam cerita kompleks
ini. yang sulit di telusuri karena duri di setiap inchi langkah ini.
Berjalan menuju sudut cahaya redup, saat kau mulai
renggangkan dekap tanganmu.
Mulai hilang akal sehat ku saat kau palingkan matamu, bila
ku hampiri dirimu.
Kau, sepintas jalan ceritaku.
Dengan beberapa duri dalam langkah.
Ku tahan nanah yang keluar dari setiap tetes luka kaki, saat
berjalan denganmu.
Ku sembunyikan tiap tetes airmata tertahan saat hujan
mengguyurku.
Ku simpan rapat belati, tuk menusuk hatiku. Dikala kau mulai
merobeknya secara perlahan dengan caramu.
Dan kan ku hujamkan dadaku. Hingga mati rasaku. Hingga ku
terlupa rasa denganmu.
Ya, dalam “kesendirian ku di tengah rintik hujan”.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Created by : @febri_arif_b
0 komentar:
Posting Komentar