Apa kau rasa, jika hidup yang sekarang tak sesuai keinginan?
Apa yang kau harap kan, jika hidup tak lagi sesuai harapan
sebelumnya?
Apa yang kan kau lakukan jika memang hidup tak seperti angan
lalu?
Hidup memang terkadang tak sejalan dengan keinginan, hidup
juga kadang tak sejalan apa yang kita bayangkan. Coba bayangkan apa mimpimu
terdahulu dengan sejuta ke-optimisanmu yang selalu membawamu terus berkhayal
akan angan yang terus saja di lanjutkan.
Hidup seperti dongeng yang penulisan yang berjalan bersamaan
dengan penuturan ceritanya. Lalu tersimpan cerita itu untuk generasi
berikutnya. Hidup seperti berjalan di batu yang tetiba berubah menjadi rumput
halus, lalu juga berubah padang tandus. Berjalan sesuai hati, entah pijakan
berikutnya akan menjadi aman atau malah mengancam. Tak ada yang pernah tau
secara lengkap dengan hidupmu di depan.
Ada saja yang berkhayal tentang angan ke depan, termasuk
saya. Tentang angan indah yang selalu saja mainkan dalam imaji, tak salah
bukan? Toh hak saya tuk mempunyai gambaran hidup di depan, namun tetap tangan
kasar ini tak berhak sebagai penentu takdir dari akhir atau kelanjutan hidup,
bahkan hidupku sendiri.
Semakin bertambahnya usia, setiap individu akan mempunyai
permasalahan yang akan semakin kompleks dalam hidupnya, semakin beragam peristiwa
yang di alamai, semakin banyak pula pilihan yang harus di tentukan untuk
langkah selanjutnya.
Ya, mungkin ini juga tentang langkah pilihan dan penentuan. Ada
saat di mana saya memiliki keyakinan akan pilihan, ada pula saatnya saya merasa
“apakah ini jalan saya?”ada banyak pertanyaan yang serupa, yang selalu hadir
dalam benak. Ya, dalam benak.
Terjebak dalam pilihan sendiri itu seolah dilema yang entah
rasanya, dilema yang kepalang tanggung. Tapi, ini juga bukan berarti saya
menyesal sepenuhnya dalam pilihan saya, saya menyesal pada yang telah di jalani
saat ini.
Ada saatnya saya meragu pada diri, dimana rasanya hidup ini
seolah monoton dan saya kurang tantangan, serasa saya kehilangan semangat yang
membakar diri, yang membuat saya bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya,
yang membuat saya selalu terus berfikir dan berusaha kreatif.
Dan bagi saya, ‘dunia’ telah sesak dengan ‘pahlawan
bertopeng’, semua bertopeng demi hidup, semua bertopeng demi jas mahal, dan
penampilan elit tapi mereka hilang ‘rasa’.
Soal rasa, entah mengapa semua mesti perlahan memudar di
saat seperti ini, mengapa semua harus muncul pertanyaan yang terus mengganggu
saya sejak awal, mengapa semua seolah tak ingin membuat saya tenang, dan saya
hanya ingin ‘ketenangan’.
Ya, ketenangan sejenak, merenung di atas sebuah bukit dengan
hamparan sawah dan pegunungan di depannya, di sebelah saya ada sebuah pohon
yang besar, namun sejuk dan membuatnya nyaman, dan ada sebuah ayunan kecil
menggantung di pohon tersebut, serta sebuah kursi kayu panjang, bersih dan nyaman,
lalu saya rebah di kayu itu, sambil menikmati secangkir kopi dan 2 buku kosong
untuk menggambar dan menulis, serta pensil dan pulpen yang terselip di antara
buku itu.
Ah sudahlah, hidup itu memang harus di nikmati bukan? Hidup itu
meski tak selalu berjalan dengan keinginan, tapi seharusnya temukan titik
nyaman menjalaninya. Temukan titik-titik yang membuat semua terasa ada rencana
tersembunyi, meski kau tak terlalu yakin akan menjadi seseorang dengan
pembentukan yang sedang di jalani saat ini.
Akhir kata,semua
cerita pasti punya kerikilnya sendiri, semua cerita mempunyai alur naik dan
turunnya sendiri, semua cerita punya saat yang menyenangkan sekaligus
menyebalkan, semua cerita mustahil tanpa campur tangan “Sang Pencipta”.
Meski cerita mu tak
sempurna di awalnya, percayalah, akan ada bahagia yang hadir dalam akhir kisahnya,
karena hidup tanpa kerikil itu mustahil.
karena hidup tanpa kerikil itu mustahil.
#HITAKBERAM #Random #MahasiswaKarbitan
Jakarta, 10-07-2013
21.00 WIB