Tanah
seribu tangisan darah
Siang
hari terik
Rudal
itu menghantam
Hancur
Lebur
Setiap
tanah yang kami pijaki bersama dengan harapan-harapan
Yang
terus kami bawa dalam setiap tapak ini
Pagi
kami siaga
Siang
kami siaga
Bahkan
malam pun kami tetap terjaga.
Tiap
detik
Menegangkan
urat tubuh kami
Hidup
seolah buruan yang terus di hantui
Kehilangan
dan kematian
Kami
kah para terhina
Hanya
seharga sebuah peluru penuh darah
Kau
runtuhkan rumah, masjid, sekolah, dan gedung gedung kami.
Tapi
kau, tak kan pernah mampu kau runtuhkan
Spirit
Qur’an tertanam dalam
***
TUHAN
Adikku
tercinta kini tutup usia belia
Suara
selongsong peluru menjadi suara perpisahan kita
Diantara
malam penuh luka dan duka
Di
tengah senyum miris bersama air mata
Manusia
kah mereka?
Para
angkatan bersenjata, dengan bangga emblem di tubuh mereka
Menodong
senapan di hadap muka
Lalu
menembak sesuka hati mereka
Patutkah
ku menghujat?
Para
biadab bersenjata
Membawa
luka di antara langkah kaki mereka
Luka
kami akan keluarga tercinta
Atau,
di selongsong senapan mereka
Yang
membawa ajal mendekat di pelipis kepala kami
Seolah
berhak menghakimi diri yang penuh luka ini
TUHAN
Tak
cukup kah ribuan tangisan kami, terdengar di setia sudut reruntuhan ini
Di
setiap sela doa dan sujud kami
Tak
cukup kah ribuan batu kami layangkan atas nama’jihad’?
Ketika
mereka di luar sana acuh terhadap kami
Kala
media sengaja menutupi
Fakta
– fakta tersembunyi
Di
balik semua ini
***
TUHAN
Lindungilah
kami,
di
tanah penuh tangisan dan darah ini
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Febri
arif budianto
Jakarta,
07-12-2012
suka. :)
BalasHapus:) makasih
BalasHapusKemanusiaan melampaui ras, suku bangsa, dan agama. Begitulah seharusnya but it doesn't :'(
BalasHapusNice post peb,,
Thanks wit! Setelah setahun baru di balas. maaf gak tau kalau lu komen hahaha
Hapus